DERI
PRIANA
Pengertian
Kesenian ini
dinamakan sesuai dengan waditra yang digunakan yaitu terbang.istilah terbang memiliki arti yang variatif di antaranya adalah terbang
merupakan waditra rbuat dari kayu yang melingkar berbentuk silinder
berdiameter 40-60 cm dengan tinggi 10-15 cm, bentuknya mirip rebana. Bagian
mukanya ditutup dengan kulit.Istilah terbang pun diartikan
ngapung, hal tersebut dikarenakan ada anggapan sederhana bahwa karena Allah swt.berada di langit ke tujuh maka agar sampai ke sana harus
terbang (iigapung). Realisasinya disimbolkan dengan
menggunakan alat musik yang dinamakan genjring besar
(terbang).Maksud simbol tersebut berarti menghubungkan batiniah antara manusia dengan Allah swt
yang menguasai dan menciptakan alam beserta isinya.[1]
FungsiKesenian
Kesenian Terbang
Gede memiliki fungsi sebagai sarana dakwah, hiburan, dan upacara ritual.Fungsi ritual hanya digunakan oleh masyarakat yang masih mempercayainya, adapun fungsi hiburan digunakan oleh masyarakat luas
pada acara perkawinan,
khitanan, dan upacara kenegaraan.Pada mulanya Kesenian Terbang Gede digunakan dalam rangka penyebaran agama Islam,
namun kemudian berkembang menjadi
upacara ritual seperti ruwatan rumah, syukuran bayi, dan hajat bumi.Selain itu digunakan
pula untuk upacara nadar dan syukuran panen. Dalam upacara ini digunakan sesajian beserta macam-macam aturannya seperti
tidak boleh hari Jumat (larangan poedan
kala), tempatnya tidak boleh sembarangan misalnya harus di ruangan yang dilengkapi sesajian.
Sejarah Perkembangan
Kesenian Terbang
Gede merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang pada masa penyebaran agama Islam Di Banten.Pada waktu itu, agama Islam dipandang
sebagai agama baru di kalangan masyarakat.Oleh karena itu
untuk pendekatan maka diciptakanlah alat musik Terbang Gede. Kesenian Rakyat ini dibawa oleh seorang wali yang bernama syarif
Hidayatullah dengan gelar Sunan Gunung Jati, hidupnya menyebarkan agama Islam
di Jawa Barat dan Banten dngan di Bantu oleh murid-muridnya.Pada tahun
1450-1500, sekitar abad ke XV masyarakat Jawa Barat dan Banten masih beragama
Hindu. Sunan Gunung Jati mengutus lima orang dari Cirebon, yaitu : Sacapati,
Madapati, Jayapati, Margapati, dan Wargakusumah untuk menyebarkan agama Islam,
salah satunya dengan cara pementasan kesenian meniru kesenian yang berkembang
di Tanah Makkah.
Kelima utusan
kemudian membuat alat musik genjring yang berasal dari potongan kayu mirip yang
ada di Tanah Makkah.Alat musik tersebut dinamakan Terbang.Kemudian dibuatlah
limabuah terbang sebagai symbol dari rukun Islam yakni Syahadat, Salat, Zakat,
Puasa, Ibadah haji.Karena merasa kurang sempurna, maka dibuatlah satu buah
kendang besar sebagai pelengkap.
Selanjutnya cucu Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana
Yusuf pada tahun 1570-1580, dan oleh puteranya yang bernama Abdulfathah (Sultan
Ageng Tirtayasa), terbang ini dijadikan juga sebagai alat penyebaran agama
Islam. Dan kesenian ini dapat diterima dan tumbuh berkembang di tengah-tengah
masyarakat karena pada saat itu para pemain tidak mengharapkan imbalan apa-apa
selain berkah dan pahala dari Allah swt.
Kesenian ini jadi
santapan utama masyarakat Banten pada saat peringatan hari-hari besar Islam
seperti Idul Fitri, Idul Adha, Muharam, Ekahan, Muludan, dan Rajaban.Dalam
pertunjukan terbang ini terdapat lagu-lagu yang mengiringi seperti syair
solawat nabi pada saat Ekahan yaitu pada fase menggunting rambut dan acara
khitanan.Syair bilaia pada saat perkawinan yaitu ketika pengantin laki-laki memberikan kue kepada pengantin perempuan. Syair fakam dilantunkan
pada saat Maulid Nabi Muhammad saw. Syair turu lare dibawakan
pada upacara pengiring pengantin, dan syair nabi salawe dilantunkan pada
waktu ngaruwat rumah yang baru dibangun.
Pemain dan Waditra Pemain Kesenian Terbang Gede ini terdiri atas tiga
kelompok yaitu saechu, pangrawit, dan
vokalis.Saechu adalah pimpinan rombongan yang mengatur jalannya acara.Pangrawit terdiri atas 6 orang laki-laki dan
5 orang sebagai penabuh terbang serta 1
orang penabuh gendang. Penabuh "terbang gede", alat ini berfungsi
sebagai goong; penabuh
"sela", alat ini berfungsi sebagai gendang; penabuh
"penganak" berfungsi sebagai
tingtit; penabuh "kempul" berfungsi sebagai kempul; penabuh
"koneng ", alat ini berfungsi
sebagai kecrek Adapun vokalis terdiri atas laki-laki yang berjumlah 7 sampai 15 orang, dan rata-rata berusia lanjut. Syarat
menjadi vokalis harus memiliki dasar kejiwaan yang kuat dan akhlak
mulia.
Jumlah waditra atau alat musik Kesenian Terbang Gede ada
lima buah ditambah gendang yang terdiri atas satu buah gendang dan dua buah
kulanter. Rinciannya adalah sebagai berikut: terbang kempring yaitu terbang yang
memiliki suara kecil dengan ukuran diameter
56 cm dan tinggi 11 cm. Terbang gede yaitu terbang yang memiliki suara lebih rendah dari terbang kempring dengan ukuran 57 cm dan
tingginya 42 cm atau 23 cm.
Terbang gemruh yaitu
terbang yang memiliki suara lebih rendah dari terbang gede dengan ukuran diameter 50 cm dan tinggi 12 cm. Terbang talingtik yaitu
terbang yang memiliki suara lebih kecil dari suara terbang kempring
dengan ukuran diameter 52 cm dan tinggi 14 cm. Dan Terbang goong dengan ukuran
diameter 48 cm. dan tinggi 12 cm. Pakaian
yang digunakan para pemain Kesenian Terbang Gede tergantung pada acaranya, misalnya dalam acara ritual menggunakan
pakaian sehari-hari, adapun jika menghadapi perayaan Hari Kemerdekaan RI mereka
menggunakan pakaian yang terdiri atas kampret warna putih, celana panjang warna
gelap, ikat kepala dari kain leman, dan kain poleng setengah betis.
Pola Permainan
Pola permainan
Kesenian Terbang Gede dibagi menjadi dua jenis, yaitu pola permainan pada upacara ritual dan untuk hiburan.Pada acara hiburan
disediakan sesajian yang tidak selengkap pada acara ritual.Setelah sesajian
tersedia maka pertunjukkan pun dimulai.Para pemain yang
berjumlah 15 sampai 20 orang keluar dengan formasi dua baris sejajar. Barisan depan terdiri atas para penabuh, pedzikir, dan
penari. Para penabuh berada di tengah barisan, sementara para pedzikir dan
penari berada di sebelah kiri dan kanannya.Adapun barisan belakang terdiri
atas para vokalis.
Serempak tetabuhan dibunyikan secara bersama-sama
sebagai tanda "bubuka" pembukaan.Setelah
pembukaan dilanjutkan dengan instrument diikuti pelantunan syair baik yang
berbahasa Arab maupun bahasa Daerah/Jawa.Para pemain pun ikut bernyanyi dan
berdzikir secara bersama-sama.
Pelaksanaan
pertunjukkan dapat dilakukan di alam terbuka, halaman, rumah, dan di serambi
Masjid.
Para Tokoh Penyebar
Kesenian Terbang
Gede berkembang dan menyebar secara merata di Banten, terutama di Serang dan Pandeglang. Di Pandeglang terdapat perkumpulan
kesenian ini yang bernama Siti Denok dipimpin oleh H. Sarikah, adapun
di Serang namaperkumpulannya
Sinar Wangi yang dipimpin oleh Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar