KENDANG PENCA URANG SUNDA
DERI PRIANA
Gendang
penca atau kendang penca satu seni yang tidak terlepas dari seni pencak
silat ..ya kendang penca yang nasibnya makin tersisihkan bahkan bisa di
bilang barang langka terlebih buat anak-anak muda sekarang padahal kendang
pencak warisan tak ternilai dari para karuhun/leluhur sunda yang merupakan satu
kesenian yang harus di jaga dan di lestarikan .. tapi nasibnya malang karena
tersisihkan oleh zaman terlebih anak muda sunda sekarang mungkin lebih
cenderung menyukai budaya luar. sedikit mengenal kendang pencak.[1]
Tari&IbingPencakSilat
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak
silat adalah aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan
sebutan ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini
dengan istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya bahwa
istilah ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat mempunyai
pengertian yang berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai pengertian yang lebih
mendalam dibanding tari pencak silat, karena dalam ibing pencak silat selain
ada unsur keindahan gerak di dalamnya, mempunyai tujuan akhir menjatuhkan
lawan, sehingga dalam ibing pencak silat unsur beladirinya lebih
menonjol.Sedangkan istilah tari lebih ditekankan pada unsur keindahannya saja
tidak ada unsur beladirinya, seperti tari-tarian yang sering kita lihat.Oleh
karena itu rasanya kurang tepat apabila pencak silat disebut sebagai tari
pencak silat, sebab pada umumnya para ahli pencak silat di Jawa Barat menyebut
seni pencak silat dengan sebutan ibing pencak silat bukan
tari pencak silat.
Pada mulanya pencak silat lahir karena kebutuhan
masyarakat untuk mempertahankan diri, dapat dipahami kalau aspek yang menonjol
adalah aspek beladiri.Namun pada kurun waktu tertentu, disebabkan situasi
politik pada saat itu (zaman penjajahan Belanda) yang tidak begitu respek
terhadap beladiri pencak silat, maka pengembangan pencak silat beralih dari
aspek beladiri ke aspek seni.Hal ini merupakan salah satu taktik dari para
pendekar pencak silat untuk tetap melestarikan pencak silat.Padahal jika
diperhatikan lebih seksama, justru dalam seni pencak silattersembunyi
kaidah beladiri pencak silat.
Di Jawa Barat, di samping dikenal dengan aspek
beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau eusi, dikenal pula
aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing pencak silat,
sehingga apabila mendengar kata “pencak” yang terbayang oleh masyarakat Jawa
Barat bukanlah suatu sistem pembelaan diri, melainkan suatu seni
ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.
Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam
ibing pencak silat, antara lain:
Pertama, unsur kekayaan gerak (wiraga) yaitu kekayaan
gerak atau jurus-jurus yang dimiliki oleh seorang pesilat selama belajar di
perguruannya, sehingga penampilannya menjadi tidak monoton atau membosankan
apabila tampil di atas pentas (terutama dalam pertandingan seni pencak silat),
tetapi apabila dalam kaulan (spontanitas) pada acara hajatan unsur kekayaan
geraknya tidak begitu diperhatikan pesilat yang penting pesilat mampu
memperagakan gerakannya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah pencak silat karena
tidak terikat oleh sistem penilaian dari juri seperti dalam pelaksanaan
pertandingan pencak silat seni.
Kedua, unsur irama (wirahma) atau musik, unsur inilah
yang membedakan aspek seni dengan aspek yang lain dalam pencak silat.
Gendang Pencak adalah merupakan sejenis alat musik tradisional yang biasa
dipakai mengiringi pesilat yang tampil di atas panggung atau pentas dan alat
tradisional ini sering digunakan dalam
pertandingan pencak silat seni dan acara khitanan atau acarakesenian daerah
lainnya, daerah – daerah yang masih mempergunakan peralatan tradisional ini di
antaranya, daerah Bogor, Sukabumi, Bandung, Cianjur, Garut, dan banyak lagi
daerah lainnya di Jawa Barat.
Seperangkat peralatan pengiring seni
pencak silat atau lebih dikenal dengan nama
kendang pencaksilat adalah:
1. Gendang induk,
(Kendang indung)
2. Gendang anak,
(kendang anak)
3. Kulanter
(kendang kecil)
4. Terompet
(tarompet)
5. Goong (Gong)
Gendang pencak dimainkan oleh 4 (empat) orang penabuh
(nayaga/wiyaga).Mereka mempunyai tugas masing-masing dalam pelaksanaannya
sehingga gendang pencak silat mempunyai nilai seni kedaerahan yang khas dan
selain itu mempunyai nilai keindahan, etika, dan estetika. Adanya keserasian
dari irama gendang, terompet, dan gong yang mengeluarkan bunyi tersendiri
membuat orang yang mendengarnya menjadi kagum apalagi apabila irama ini sambil
dihayati, dinikmati, dan dirasakan akan memiliki nilai seni yang sangat tinggi.
Ada beberapa kelebihan dari penabuh kendang pencak silat yang sudah
berpengalaman selain mampu mengiringi ibing pencak silat yang sudah dirancang
sebelumnya, ia mampu mengiringi gerakan-gerakan lain yang tidak dirancang
sebelumnya atau gerakan beladiri lain diluar pencak silat yang ingin mencoba
diiringi oleh tabuhan kendang pencak silat, biasanya penabuh mempergunakan
irama padungdung karena irama ini dianggapnya lebih mudah bila dibandingkan
dengan irama paleredan atau tepak dua. Apabila pesilat yang sedang tampil di
atas pentas tiba-tiba melakukan kesalahan maka iramanya tidak akan cocok dengan
gerakan yang ditampilkan, dan yang melihat akan menilai bahwa penampilan
pesilat tadi belum paham dengan irama gendang pencak yang mengiringinya. Oleh
karena itu, seorang pesilat seni sebelum tampil di atas pentas perlu latihan
lebih dahulu dengan tekun dan serius serta harus peka terhadap gerakan –
gerakan yang akan ditampilkannya di atas pentas serta diwajibkan memperhatikan
patokan-patokan irama ibing pencak silat yang sudah ada,
misalnya ibing paleredan, tepak dua, tepak tiga, padungdung, dan lain
sebagainya.
Ketiga, unsur penjiwaan gerak (wirasa) yaitu salah
satu unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang pesilat karena penjiwaan
gerak ini sulit dipelajari dan dipahami pesilat di samping memerlukan waktu
yang cukup lama.Penjiwaan gerak merupakan salah satu unsur yang mempunyai nilai
seni beladiri tinggi dalam aspek pencak silat seni.Oleh karena itu, pesilat
dituntut harus menguasai arti dan makna gerak pencak silat yang
sebenarnya, serta mengerti maksud dan tujuan dari jurus-jurus dan
teknik-teknik pencak silat yang dipelajarinya.
Di samping unsur-unsur tersebut di atas, ada faktor
pendukung lainnya yang tidak bisa dipisahkan dari aspek seni pencak silat,
antara lain pakaian pencak silat, pakaian pencak silat di Jawa Barat umumnya
disebut pangsi, pangsi dipakai oleh seorang pesilat pada waktu pentas (tampil)
dalam pertandingan, latihan, ujian kenaikan tingkat, dan pada upacara-upacara
tertentu. Tokoh-tokoh pencak silat biasanya memakai pangsi warna hitam dengan
ikat kepala barangbang semplak atau peci, ikat pinggang kulit atau kain sarung,
namun sekarang pakaian pencak silat sudah dikemas sedemikian rupa
disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk warna pakaian tidak selalu hitam-hitam,
begitupun dalam sabuk (ikat pinggang) disesuaikan dengan tingkatan
masing-masing, terutama dalam pertandingan pencak silat seni.
Sejarah dan perkembangannya
Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia.Dengan aneka
ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami
oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini
Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun
mempunyai aspek-aspek yang sama.
Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa
Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun.Sampai saat ini
belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa
Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta
menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau
kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan.Sifat-sifat
ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan
hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan
pemassalan yang lebih luas.
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang
tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju.Daerah-daerah
dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata
pemerintahan dan kehidupan yang teratur.Tata pembelaan diri di zaman tersebut
yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar
dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam
pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat
tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi
yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri
dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual
yang tinggi.Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk
mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri.Untuk menjadi prajurit atau
pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan
seorang guru.Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk
bersama ajaran kerohanian.Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan
ketinggian ilmu bela dirinya.Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan
Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan
pembawaan bangsa Indonesia.
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri
jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang
diperintah.Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak
Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap
kelangsungan penjajahannya.Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan
untuk berkumpul dan berkelompok.Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat
atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan
pijakan kehidupannya.Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok
kecil Pencak Silat dipertahankan.Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah
berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa
daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja.Hakekat jiwa dan
semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang.Pengaruh dari
penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak
Silat untuk masa sesudahnya.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan
dengan politik Belanda.Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan
dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat
pertahanan menghadapi sekutu.Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan
pemusatan tenaga aliran Pencak Silat.Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan
Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah.Di Jakarta pada waktu itu telah
diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak
Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap
pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan
mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita
untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah
untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang
sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh
dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak
Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak
diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang
mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun
di lingkungan keluarga.Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi
Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan
sebagai identitas Nasional.Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat
Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang
diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.Program utama disamping mempersatukan
aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan
program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di
sekolah-sekolah. Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan
di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis
dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di
Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni
pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang
merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daera.
http://youtu.be/hKQNeeyrcOM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar