BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah
satu permasalahan pada pendidikan menengah atas seperti yang tercantum dalam
Rencana Strategi Depdiknas 2002-2004, diantaranya adalah kualitas dan relevansi
pendidikan yaitu masih rendahnya persentase lulusan SMA yang memenuhi
persyaratan untuk masuk jenjang perguruan tinggi.Padahal tujuan penyelenggaraan
pendidikan menengah atas (SMA) adalah untuk menyiapkan peserta didik menuju ke
pendidikan tinggi, karena itu fungsinya lebih pada penyiapan peserta didik
dalam kerangka akademik serta dasar-dasar pengetahuan sebagai landasan kuat
tumbuhnya sikap dan moral sebagai ilmuwan.
Menjawab
persoalan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional saat ini melakukan upaya
yang sangat mendasar yaitu melakukan penyempurnaan kurikulum SMA dengan
menekankan pada basis kompetensi dasar, meningkatkan ilmu-ilmu dasar,
meningkatkan tumbuh dan berkembangnya inovasi dan pembaharuan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah. Untuk menjabarkan kebijakan tersebut,
Direktorat Pembinaan SMA tengah melakukan persiapan teknis dan manajerial untuk
melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang secara nasional
diterapkan secara bertahap pada tahun 2006/2007 bagi yang sudah siap dan tahun
2010 semua sekolah harus sudah melaksanakan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
2.
Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
3.
Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan efisiensi
pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini terutama di SMA.
2.
Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia.
3.
Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan
efisiensi pendidikan di Indonesia.
D. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I .... PENDAHULUAN
A... Latar
Belakang Masalah
B.... Rumusan Masalah
C.... Tujuan Penulisan
D... Sistematika Penulisan
BAB II .. PEMBAHASAN
A. Penyebab Permasalahan
B. Jenis
Permasalah Pokok Pendidikan
C. Saling
Keterkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan
D. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan.
BAB III.. KESIMPULAN DAN SARAN
A... Kesimpulan
B.... Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Permasalahan
Efisien
adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang
lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan
untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal
itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang
telah disepakati.Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah
mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu
pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses
pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya
manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita.
Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita
bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education.
Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal?Hal itu tidak
kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan
sepadan untuk biaya pendidiakan.Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan,
kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga
pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara
tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi
yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di
sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya
pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah
buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami
survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya
lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu
dengan bayaran untuk pendidik tersebut.Selain masalah mahalnya biaya pendidikan
di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan,
dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama
jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah
misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00
dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena
ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal
yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti
lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya.
Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif
juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk
melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain
itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu
pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang
mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang
juga membutuhkan uang lebih.Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan
oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A
mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan,
yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita
melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah
pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga
mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem
pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi
pendidikan di Indonesia.Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita
berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam
beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum
1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses
pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya.
Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan
pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya
pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum
yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang
dinilai lebih efektif.Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang
diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative
tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang
optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan
efisiensi ekonomis.Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas
keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan.Sementara
efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah
diterapkan terhadap keluaran.
Konsep
efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas.Efektivitas merupakan bagian dari
konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian
tujuan relative terhadap harganya.Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan,
maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola
penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara
efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan
keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan
sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
B. Jenis Permasalah Pokok
Pendidikan
Masalah
pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah
mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
1. Masalah
Pemerataan Pendidikan
Masalah
pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapt
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk
memperoleh pendidikan.Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan
cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan
gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru
kunjung dan Sekolah Terbuka.
2.
Masalah Mutu Pendidikan
Mutu
pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu
pendidikan.Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi
hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen
pendidikan.
3.
Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa
masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain:
a.
bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan.
b.
Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
c.
Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d.
Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4.
Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya
kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan
pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut.
a.
status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
b.
sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada
ialah siap kembang.
c.
Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang
digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun
programnya
C. Saling Keterkaitan Antara
Masalah-Masalah Pendidikan
Ada
dua.faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan
pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak
memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi
satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang
kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Berkembangnya Masalah Pendidikan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan
iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan
keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
1.
Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan
dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya
peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan
cepat dan tepat.Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa.Oleh karena itu
pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.Seni
merupakan kebutuhan hidup manusia.Pengembangan kualitas seni secara terprogram
menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program
lain dalam sistem pendidikan.
2.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah
kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan
penyebaran penduduk.
3.
Aspirasi Masyarakat
Belakangan
ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman
masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan
pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah
mereka menjalani proses pendidikan.
4.
Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan
budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan
sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena
dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis
menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
E.
Permasalahan Aktual Pendidikan
Permasalahan
aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan
dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah
tersebut antara lain:
1. Masalah
Keutuhan Pencapaian sasaran
2. Masalah
Kurikulum
3. Masalah
Peranan Guru
4. Masalah
Pendidikan Dasar 9 Tahun
F.
Teknik dan Strategi Permasalahan
Jika
kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara
tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati
proses untuk menentukan standar yang akan diambil.Dunia pendidikan terus
berubah.Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah
apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere
globalisasi.Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti
yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal
maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi.
Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi,
demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan
standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk
meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya
bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh
standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan
tersebut.
Peserta
didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar
pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat
digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih
spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di
atas standar saja.Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti
pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar
kompetensi.Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia.Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah
standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang
hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi
seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi
pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti
pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu
peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 6
bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh
peserta didik.
G. Langkah-Langkah
Menyelesaikan Permasalahan Efisiensi Pendidikan
Upaya yang dilakukan
untuk menanggulangi masalah masalah efisiensi dalam pendidikan sekolah menengah
atas, diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu
ditingkatkan secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan
diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan
yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi.
4. Memberi perhatian
terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang
diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative
tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang
optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan
efisiensi ekonomis.Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas
keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah
ditetapkan.Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan
atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran. Upaya yang dilakukan untuk
menanggulangi masalah-masalah efisiensi dalam pendidikan sekolah menengah atas,
diantaranya:
1.
Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
2.
Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh
kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3.
Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis
program studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga
kependidikan(prajabatan dan jabatan)
B. Saran
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan
secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan
dan diperhitungkan
dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan
yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi.
4. Memberi perhatian
terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)
Daftar
Pustaka
Danim,
Sudarwan. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia. Bandung. 2004.
Fattah,
Nanang. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009.
Harsono.
Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan. Suryajaya Press. Yokyakarta. 2007.
Suryadi,
Ace. Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan. Balai Pustaka. Jakarta . 1999.
http://www.gsfaceh.com/buku/makalah_rembuk_pendidikan_aceh_barat/Depag.doc
http://www.anakciremai.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar