Sabtu, 15 Desember 2012

masalah-masalah pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan pada pendidikan menengah atas seperti yang tercantum dalam Rencana Strategi Depdiknas 2002-2004, diantaranya adalah kualitas dan relevansi pendidikan yaitu masih rendahnya persentase lulusan SMA yang memenuhi persyaratan untuk masuk jenjang perguruan tinggi.Padahal tujuan penyelenggaraan pendidikan menengah atas (SMA) adalah untuk menyiapkan peserta didik menuju ke pendidikan tinggi, karena itu fungsinya lebih pada penyiapan peserta didik dalam kerangka akademik serta dasar-dasar pengetahuan sebagai landasan kuat tumbuhnya sikap dan moral sebagai ilmuwan.
Menjawab persoalan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional saat ini melakukan upaya yang sangat mendasar yaitu melakukan penyempurnaan kurikulum SMA dengan menekankan pada basis kompetensi dasar, meningkatkan ilmu-ilmu dasar, meningkatkan tumbuh dan berkembangnya inovasi dan pembaharuan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Untuk menjabarkan kebijakan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA tengah melakukan persiapan teknis dan manajerial untuk melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang secara nasional diterapkan secara bertahap pada tahun 2006/2007 bagi yang sudah siap dan tahun 2010 semua sekolah harus sudah melaksanakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
2. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan efisiensi pendidikan di Indonesia?


C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini terutama di SMA.
2. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
3. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan efisiensi pendidikan di Indonesia.
D. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I .... PENDAHULUAN
A... Latar Belakang Masalah
B.... Rumusan Masalah
C.... Tujuan Penulisan
D... Sistematika Penulisan
BAB II .. PEMBAHASAN
A.    Penyebab Permasalahan
B.     Jenis Permasalah Pokok Pendidikan
C.     Saling Keterkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan
D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan.
BAB III.. KESIMPULAN DAN SARAN
A... Kesimpulan
B.... Saran

DAFTAR PUSTAKA





BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Permasalahan     
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal?Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia.Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis.Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan.Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas.Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya.Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.

B. Jenis Permasalah Pokok Pendidikan
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
1.      Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapt menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan.Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain:
a. bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan.
b. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut.
a. status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
b. sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
c. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya

C. Saling Keterkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan
Ada dua.faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
1. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat.Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa.Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.Seni merupakan kebutuhan hidup manusia.Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk.
3. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan.
4. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
E. Permasalahan Aktual Pendidikan          
Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah tersebut antara lain:
1. Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran
2. Masalah Kurikulum
3. Masalah Peranan Guru
4. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
F. Teknik dan Strategi Permasalahan
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.Dunia pendidikan terus berubah.Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi.Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi.Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 6 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.

G. Langkah-Langkah Menyelesaikan Permasalahan Efisiensi Pendidikan
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah efisiensi dalam pendidikan sekolah menengah atas, diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)















BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis.Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan.Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah efisiensi dalam pendidikan sekolah menengah atas, diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)                   

B. Saran

1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan
dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)

Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia. Bandung. 2004.
Fattah, Nanang. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009.
Harsono. Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan. Suryajaya Press. Yokyakarta. 2007.
Suryadi, Ace. Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan. Balai Pustaka. Jakarta . 1999.
http://www.gsfaceh.com/buku/makalah_rembuk_pendidikan_aceh_barat/Depag.doc
http://www.anakciremai.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar